Rahmat Libahongi, Putra Oba Yang Sedang Mengambil Magister Di salah Satu Perguruan Tinggi Jakarta |
Morotainews.com - Jakarta - Islam adalah peradaban universal, agama kesetaraan bukan kehancuran. Islam mendorong umatnya untuk percaya pada kemampuan mereka sendiri dan tidak bergantung pada apa yang diberikan orang lain dengan tetap mengutamakan apa yang bermanfaat bagi mereka. Peradaban Islam akan berkembang jika mampu berkomunikasi dengan budaya lokal secara selektif dan tetap berpegang pada nilai- nilai Aswaja (Ahlus sunnah Wal Jamaah).
Jika Islam membabi buta mengikuti budaya yang berkembang di masyarakat, baik budaya lokal maupun asing, Islam akan kehilangan jati dirinya dan umat Islam akan lepas dari akar budayanya. Nilai- nilai peradaban Islam adalah: nilai Rabbiyah (nilai ketuhanan), nilai Insâniyah (nilai kemanusiaan). Nilai Wâqi'iyah (nilai praktis), nilai Wasathiyah (nilai moderasi Islam), nilai Tawâzun (nilai keseimbangan), nilai Tsabât (nilai ketetapan) dan nilai Murûnah (nilai fleksibilitas). Keluhuran nilai-nilai Islam seharusnya tidak hanya menjadi teori apalagi kampanye politik. tetapi juga perlu diimplementasikan. Semakin dalam implementasinya, semakin luhur peradabannya. Al-Hikmah
Menyikapi apa yang disampaikan oleh bapak Samsul Rizal pada potongan vidio yang beredar pada Public secara universal saat memberikan sambutan di kelurahan Mareku Kota Tidore Kepulauan yang mengatakan secara spontan bahwa “kita akan membangun pusat peradaban Islam di Tidore jadi kalo mau kaco (rusuh) mau keto (mabuk) itu di Oba sana”. Mareku 23/09/2022
Pribadi, saya ingin sampaikan bahwa mau sampai kapan Oba mau di kerdilkan dan dikucilkan ?
Jika mau berbicara peradaban maka Oba adalah wilayah spesifik yang tidak boleh dilepas pisahkan dari Tidore kepulauan, Berbicara peradaban Islam berarti menjunjung tinggi nilai kesetaraan sesama umat serta mengimplementasikan nilai keadilan di dalamnya tanpa membeda-bedakan mereka dan tanpa memandang nasab, harta, kekuatan kelemahannya kelemahannya.
Ungkapan “Samsul Rizal bahwa kalau mau kaco dan mabo itu di Oba” di pandang bahwa seakan Oba adalah sentrum dari keburukan, tempat kejahatan dan jauh dari peradaban.
Sebagai putra Oba saya merasa sangat tersinggung akan apa yang disampaikan karna lebih terkesan menghina kami sebagai warga yang ada di Oba.
1. Dengan ini saya selaku Mahasiswa Oba yang berada di Jakarta mengutuk keras apa yang di sampaikan oleh bapak Samsul Rizal.
2. Mendesak kepada Samsul Rizal untuk segera menarik ucapannya serta meminta maaf kepada masyarakat Oba.
Penegasan : jika Bapak Samsul Rizal tidak segera meminta maaf kepada masyarakat Oba, maka kami akan mengkonsulidasikan seluruh Mahasiswa Maluku Utara serta Masyarakat Oba untuk meperpanjang masalah ini. Jakarta, 23/09/2022
Terakhir ingin saya sampaikan kepada Bapak Samsul Rizal bahwa : jangan dulu berbicara peradaban Islam jika sesama umat saja masih saling mengkucilkan. Kalau mau jadi Hindu jangan jadi orang India, kalo jadi Islam jangan jadi orang Arab, kalau jadi Nasrani jangan jadi orang yahudi, tetaplah jadi orang Nusantara dengan adat budaya yang kaya raya ini. (Soekarno)
Oleh : Rahmat Libahongi
Mahasiswa Oba