Morotainews.com - Ku peluk jujur pada rakit yang laju mengikuti arus,
Lika-liku sungai bagai ular berbisa dipenuhi ranjau Bambu menyatu menutupi kemarau tanpa ragu dan malu
Berlari perlahan-lahan menikmati laju menuju muara.
Disana sungai tak lagi bening, Warnanya tak lagi mampu menghapus dahaga
Sungguh kita harus mendalami sebuah rasa
Di dasar sungai tak lagi bersemayam pasir-pasir kehidupan,
Tempat bersembunyi binatang-binatang berbisa tak malu mengenal dosa.
Masih ku peluk jujur pada rakit yang laju, yang tahu tentang malu
Ditebing sungai terlihat berdiri kesatria-kesatria pembunuh jujur,
Tak mau mengenal malu, apalagi mengenal tahu tentang dosa terlalu jauh
Sungguh tak berarti bagi kesatria pembunuh jujur.
Dan lagi ku peluk jujur pada rakit yang laju mengikuti arus sepi,
Pada waktu yang bahu-membahu mengikuti beban malu.
---
Jakarta, 18 Januari 2020
(Oleh: Harjun U Mahonis)